Saat itu hari Selesa pagi (21/08/2012) kami sekeluarga berkumpul untuk bersiap-siap pergi berlibur keluar kota. Kami pergi tidak sendiri, kali ini kami pergi berlibur bersama dengan keluarga besar. Ada sebanyak 4 buah mobil yang berangkat bersama kami dan sebanyak 16 orang yang juga akan pergi bersama. Kali ini kami pergi jalan-jalan ke daerah Sumbar (Sumatera Barat). Daerah ini terkenal dengan potensi alamnya, dan banyak orang memilih daerah Sumbar ini sebagai tempat tujuan wisata.
Perjalanan dimulai sekitar pukul 10.30 WIB, dan disaat perjalanan kami juga sempat singgah untuk sholat zuhur di masjid Islamic Center Bangkinang (ICB). Masjid ini berlokasi di jalan Prof. M. Yamin .SH, di masjid ini saya menemukan beberapa kerusakan pada plafon kubah masjid. Perjalanan dilanjutkan hingga menuju kelok sembilan yang menghubungkan Riau dengan Sumbar. Saat ini, daerah yang terkenal dengan kelok sembilannya itu telah tergantikan dengan jembatan layang (fly over) kelok sembilan yang begitu besar. Menurut kutipan dari bisnis.com "Mega proyek Fly Over Kelok Sembilan dilakukan dalam dua tahap pengerjaan. Tahap I dengan anggaran dana Rp 350 miliar untuk pengerjaan 4 buah jembatan dengan total panjang 720 meter dan jalan 2.000 meter, sedangkan tahap II dengan anggaran dana Rp 180 miliar, untuk pembangunan jembatan layang sepanjang 250 meter dan ruas jalan sepanjang 1.000 meter." Dengan jembatan ini, waktu perjalanan dapat kita hemat dari sebelumnya. Dijembatan ini banyak orang yang mengambil gambar jembatan kelok sembilan itu, termasuk juga saya.
Seusai melewati jembatan layang kelok sembilan kami langsung menuju kota Payakumbuh. Kota ini berada di hamparan kaki gunung Sago. Dan menurut kutipan dari Wikipedia "Kota ini berada dalam jarak sekitar 30 km dari kota Bukittinggi atau 120 km dari kota Padang dan 188 km dari kota Pekanbaru." Kebetulan kami sampai pada malam hari, maka kami mencari hotel yang ada di kota tersebut. Dengan bermodal internet dari smartphone yang digenggam, kami mulai mencari informasi lokasi hotel yang ada dan menghubungi hotel-hotel tersebut untuk memasan beberapa kamar. Namun ternyata hotel-hotel yang kami hubungi, kamar yang mereka punya telah penuh dipesan. Jadi untuk tidak membuang waktu, maka kami menghubungi salah satu keluarga kami yang kebetulan dia sedang berada di desa Lintau. Desa ini terletak di kabupaten Tanah Datar dan tidak begitu jauh dari kota Payakumbuh, hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk menuju desa tersebut.
Saat sampai di desa Lintau, kami telah di tunggu oleh seseorang yang akan mengarahkan kami menuju tempat singgahan kami sementara. Dia adalah salah satu keluarga dari kawan nenek saya. Ternyata rumah tersebut merupakan rumah mertua beliau. Disana kami juga disambut oleh beberapa warga, disini kekeluargaan dari masyarakat desa Lintau sangat terasa. Desa Lintau ini terletak dibawah kaki gunung Sago, dan suhu udara yang ada disini terasa sangat dingin.
Keesokan paginya (Rabu: 22/08/2012), kami telah bersiap-siap untuk meninggalkan desa tersebut. Di desa Lintau ada sebuah tradisi kepada para tamunya. Dimana setiap tamu yang datang dengan membawa bayi, maka bayi tersebut akan mendapatkan sekantong beras dari tuan rumah. Dan hal ini berlaku untuk setiap bayi yang telah menginap di rumah warga yang ada di desa tersebut. Saat perjalanan meninggalkan desa tersebut, saya melihat pemandangan yang sangat bagus dari ketinggian. Berikut beberapa foto yang sempat saya abadikan di desa tersebut:
Gambar tersebut di ambil menggunakan sebuah kamera dengan akurasi 6.2 mega pixels, dan pemandangannya itu lebih indah dari foto yang ada diatas. Dan jika kamu datang kesana maka kamu akan merasa betah dan tidak akan ingin cepat pulang. Ini juga cocok buat kamu yang ingin mencari inspirasi dan melepaskan kesibukkan pekerjaan kamu.
0 comments:
Posting Komentar