Ilustrasi Cerita (sumber gambar: Seruu.com) |
Saat itu kondisi jalan sedang macet karena beberapa saat sebelumnya daerah tersebut diguyur hujan deras dan disepanjang jalan dipenuhi dengan air yang tergenang. Didalam mobil sedan mewah yang mereka punya, ayah dari keluarga tersebut melihat salah satu pengendara motor yang membawa 4 orang sekaligus. Lalu ayah itu berkata "Anakku, coba lihat pengendara motor itu! Kasian mereka. Sudahlah kendaraannya sepeda motor, yang dibawanya pun 4 orang. Ditambah lagi kondisi jalan masih tergenang air. Sungguh kasian mereka."
Dengan santainya anak tersebut melihat pengendara yang dimaksud ayahnya dari dalam mobil. Lalu anak itu berkata "Biarkan saja, itukan salah mereka. Kenapa mereka tidak beli mobil seperti kita?!" dengan nada yang ego. Ibunya yang mendengar ucapan anaknya, kemudian berkata "Kamu jangan bicara seperti itu! Itu bukan salah mereka! Cuman rezeki setiap manusia itu berbeda-beda, jadi syukuri apa yang kita punya. Ingat itu!" dengan nada yang tegas.
Suatu hari keluarga tersebut dilanda musibah dimana perusahaan ayahnya bangkrut karna ditipu oleh kawan ayahnya sendiri. Hal ini membuat sang ibu begitu sedih, dan sang ayah hampir mengalami setres. Rumah besar yang mereka punya terpaksa dijual oleh Ayahnya itu untuk membayar cicilan utang ke bank. Lalu kendaraan yang mereka punya terpaksa ikut dijual karna Ayahnya membuka sebuah usaha baru demi memenuhi kehidupan keluarganya. Istrinya tersebut begitu setia menemani suaminya, dan dia selalu memberikan semangat buat suaminya itu untuk bangkit dari ketepurukan. Anaknya yang tidak terima dengan kondisi ekonomi keluarganya yang berubah secara drastis. Merubah dirinya menjadi anak yang pendiam, dan tidak bersemangat lagi untuk pergi ke sekolah karena dia malu diledeki oleh teman-temannya. Prestasi sekolah anak tersebut juga ikut menurun dengan seiringnya waktu.
Hingga suatu ketika, anak tersebut duduk dibangku kuliah disalah satu Universitas didaerahnya. Setiap hari anak itu harus berpanas-panasan menaiki sepeda motor yang dikendarainya untuk menuju kampusnya. Sepeda motornya itu merupakan satu-satunya sepeda motor yang mereka punya. Beberapa hari kemudian, setelah selesai kuliah anak itu pulang menuju rumahnya. Namun ditengah jalan, hujan deras melanda daerah tersebut. Dengan inisiatifnya, dia mencari tempat berteduh disalah satu rumah makan yang kebetulan sedang tutup.
Saat hujan sudah reda, lalu dia melanjutkan perjalan menuju rumahnya. Ditengah jalan, dua buah mobil dari arah yang berlawanan melaju dengan kencang dan melewati air yang tergenang. Hal itu membuat air tersebut memancar ke seluruh tubuh dia dan hal itu membuatnya basah kuyup. Seketika dia marah dan seketika juga dia teringat dengan ucapannya saat berada di mobilnya dulu. Dengan sabar dia meminggirkan kendaraannya dan berdo'a memohon ampun ke pada Sang Pencipta atas kesalahannya dulu. Karena dia telah sadar bahwa apa yang pernah dia ucapkan dulu adalah salah. Sesampainya di rumah, dia menangis dan memohon maaf kepada kedua orang tuanya. Dia juga berjanji tidak akan sembarang lagi dalam berkata dan juga akan selalu berhati-hati dalam bertindak.
Inspirasi:
Saat sedang berteduh dari derasnya hujan disalah satu kedai yang ada di jalan menuju kampus saya pada hari Selasa 2012.
Inti dari cerita diatas:
Hati-hati dalam berucap, karena hal tersebut bisa saja terjadi pada diri Anda. Maka jangan pernah menjelekkan orang lain. Sadarlah! Kehidupan ini bagaikan roda yang beputar yang terkadang kita akan merasakan diatas dan terkadang kita merasakan dibawah.
betul pak... kita sering merendahkan orang lain, pdhl blm tentu kita lbh baik dr mrk! *petuah utk diriku sendiri nih* hehehe
BalasHapusSelamat sore Mas Agri, lama saya gak mampir nih
BalasHapusSimak artikelnya Hidup memang laksana roda berputar
Dan Bahasa orang tua dulu, Hidup ini laksana sekolah
Kegagalan kadang menjadi sejarah. Tetapi kenyataany
Roda kehidupan tetap berputar pada poros nya maka tepat
Dan akurat artikel yang Mas Agri publish ini. makasih Mas :)